Tampilkan postingan dengan label kokoro no koe. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kokoro no koe. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 Mei 2012

It's needed more than one night to build your own kingdom


            Zaman sekarang, semuanya memang dituntut serba cepat (katanya sih). Tapi bener kok, segala hal yang instan sedang sangat digandrungi. Hal ini tentu saja dimanfaatkan oleh banyak kalangan, terutama pengusaha. Hidupkan tivi! Anda akan lihat bahwa hampir segala produk yang diiklankan memberi embel-embel "cepat" dan "instan". Mari kita simak cuplikan berikut:

a. Gunakan Body Lotion merek "A", hanya dalam 2 minggu kulit Anda akan bersinar seputih mutiara (NB: model iklannya artis blaster Cina/Eropa, yang notabene gak pernah kena sinar matahari karena kemana-mana naik mobil pribadi alih-alih jalan kaki ato naik angkot).

b. Dengan shampo merek "X", rambut rontok Anda berkurang hanya dalam 14 hari, jaminan uang kembali (Nah,lho..yang ini lebih menggiurkan dengan model iklan berambut panjang, lurus dan tebal. In this case penonton gak nyadar kalo si model pake hair extension dan mesti ke salon minimal seminggu sekali buat ngrawat rambut "indah"nya).

c. Sosis "ABC", Tinggal "lepp" (maksudnya gak usah pake motong sapi dulu, giling daging, kasih bumbu, bungkus, rebus,dll. Oiya, dengan dalih produknya mengandung gizi, si produsen sengaja mempertontonkan orang2 berprestasi, kayak juara olimpiade sains dan atlet sedang makan produk mereka).

d. Judul buku : Mahir Bermain Piano Hanya Dalam Sepekan  (Yang ini ajaib banget, Mozart aja butuh waktu bertahun-tahun biar jago mainnya).

          Buat konsumen produk2 semacam yang saya sebutin di atas, no offense ya,..saya pun kadang masih pake kok. Saya cuma memberi sedikit gambaran, betapa terobsesinya masyarakat kita sama semua hal yang berbau instan, betewe negara kita produsen mie instan terbesar di dunia lho, hehe... (gak ada yg nanya).

          Semua kembali kepada pribadi masing-masing, hal instan tesebut nggak semanis kelihatannya. Kali ini saya fokus pada keahlian atau ilmu. Lihat gambar selebaran di atas, yang walaupun fiktif tapi sering kita lihat bertebaran di jalan2 (minus keterangan berlingkaran merah di bawahnya, tentu saja).

         Sekarang, tanyakan pada orang-orang di bawah ini;
  1. Messi, berapa tahun dia berlatih main bola sampe bisa jago kayak sekarang?
  2. Personel SNSD, berapa tahun mereka latihan nyanyi dan ngedance sampe bisa keren kayak sekarang?
  3. Elie Saab, berapa tahun dia belajar ngedesain baju hingga hasilnya cantik dan jadi langganan di red carpet?
  4. Maksim Mrvica, berapa tahun dia belajar piano? dan bagaimana dia tetap gigih belajar di tengah kecamuk perang di kawasan Eropa Timur?
  5. Sekarang kita cari orang-orang hebat di sekitar kita, tanya mereka berapa lama mereka belajar hingga bisa ahli di bidangnya masing-masing?

             Orang nomor 1,2,3, dan 4 saya yakin gak bisa Anda tanya-tanya, tapi dengan sedikit meraba dan dengan bantuan Google pasti kita tahu jawabannya,"nggak hanya setahun dua tahun, lebih, lebih dan lebih dari itu". Kebanyakan manusia berhasil, saat ditanya perjalanan hidup mereka sebelum jaya, pasti lebih banyak menceritakan betapa pahitnya perjuangan mereka. Mereka memulai di titik dimana dunia seolah tertutup bagi mereka, tak terhitung pengorbanan waktu, tenaga, uang dan pikiran. Bahkan ada beberapa yang hampir menyerah di tengah jalan. Kita yang tinggal mendengarkan saja tanpa ikut mengalami kadang mengurut dada. Dan kita lihat hasilnya sekarang,... they have built their own kingdoms.

            Nah, bagi penuntut ilmu dan pengejar mimpi...cepat itu penting, tapi menikmati proses lebih penting. Saat proses itu berjalan, semua luka dan rasa sakit yang Anda dapat, ikut membantu mengubah mental Anda menjadi mental seorang juara. Jangan menyerah hanya karena gagal sekali atau dua kali. Kegagalan dan pengorbanan itu bumbu yang membuat kemenangan kita terasa jauh lebih manis. Nggak percaya? Buktikan sendiri...! I'll be waiting.

XOXO Sobakatsu
Tulisan ini dibuat untuk pembaca tercinta (plis jangan muntah) sekaligus untuk memotivasi diri sendiri :D
          

Senin, 26 Maret 2012

When we say goodbye


Hitori de kite, hitori de iku...
Datang seorang diri, pergi seorang diri...maka perpisahan dengan segala sesuatu itu sebuah keniscayaan. Apapun itu, berapapun besar cinta kita padanya, kita pasti akan berpisah dengannya...yang kekal hanyalah Sang Pencipta.

Perpisahan dengan sesuatu akan membukakan jalan untuk sebuah pertemuan baru. Setiap pertemuan akan melengkapi mozaik kehidupan, membentuk karakter dan memperkaya diri kita. Maka tak ada yang perlu ditangisi pada sebuah perpisahan..

Dengan menghayati hakekat perpisahan, kita akan menghargai sebuah pertemuan...
Sesungguhnya atas perpisahan itu, asalkan kita konsisten mendekat pada-Nya,  muaranya hanya satu..
Pertemuan pada sebuah kenikmatan yang tak berujung, surga yang Dia janjikan...

 "Sayonara wa kanashii kotoba jyanai"--Ikimonogakari
 (Perpisahan bukanlah kata yang menyedihkan)

Praise Allah.. :)

Jumat, 09 Maret 2012

Iseng Edisi Awal Maret

Lama nggak nulis, bingung mau nulis apa..

Ada niat bikin tutorial sebenernya, tapi belum sempet, tunggu aja tanggal mainnya ya..

Cuma pengen mengabarkan kondisi terkini nih..

Saya masih seperti biasa, suka kalap kalo ketemu sambel. Ibu saya masih seperti biasa, suka panik ngabarin ramalan cuaca horror yang Alhamdulillah gak kejadian. Adek2 saya masih seperti biasa, sering sms minta dibeliin pulsa. Bos saya masih seperti biasa, kalo nyanyi lagu apapun jatuhnya jadi dangdut. Teman2 saya juga masih biasa, bikin saya pengen nimpuk mereka pake sendal, tapi sayang sendalnya, but I love them. Sule masih sepeti biasa, sibuk ngocol bareng Andre dan Parto. Harry Potter juga masih seperti biasa, bingung mau ngalahin siapa lagi pasca kematian Voldemort..yang belakangan gak penting. Yang terpenting adalah Allah masih menghujani kita dengan kasih sayang, Alhamdulillah.

Awal Maret, dimana negara2 belahan bumi utara sedang menyambut datangnya musim semi, disambut dengan sakit pilek batuk masuk angin masal di Indonesia.

Nggak heran sih, pergantian cuaca kadang agak ekstrim, 5 menit yang lalu masih panas, tiba2 hujan. Konsekuensi hidup di negara tropis yang gemah ripah loh jinawi. Tapi semuanya patut disyukuri...

Yang bikin saya agak mikir adalah, perubahan..apapun itu, termasuk perubahan cuaca...bikin orang yang gak siap jadi tumbang. Padahal perubahan itu keniscayaan dalam hidup, nggak ada keabadian di bumi. Tanpa ada perubahan, gak akan ada kemajuan. Liat aja roda, kalo gak muter kendaraannya pasti gak jalan. Jadi, bersiaplah dengan perubahan...sepahit apapun itu. Sehabis pahit pasti ada manis, sehabis kemarau pasti ada hujan, sehabis malam pasti ada siang, dan sehabis makan maicih pasti sakit perut.

Hmmm, inti dari hidup itu masalah..kalo nggak ada masalah yang harus diselesaikan, tamatlah cerita hidup kita. Lihat aja Harry Potter, ceritanya abis begitu Voldemort mati.

Kok tulisannya semakin galau ya...
Well, jangan pernah mengeluh "Oh Tuhan, kenapa ini harus terjadi padaku..". Kalau Anda masih diberi ujian, itu tandanya Alloh percaya sama kemampuan Anda. Anak TK nggak mungkin dapet ujian Stokiometri kan? Dia udah janji kok, nggak akan pernah memberi ujian di luar kemampuan kita.

Tetep semangat ya!!!...yang lagi pilek, batuk, masup angin, bersyukurlah Anda cuma dikasih penyakit macam gitu, gak perlu suntik insulin, cuci darah atau cangkok organ dalam. Semoga Allah memberi kita kesehatan, badan dan pikiran..Amiin.

XOXO, sobakatsu

Kamis, 02 Februari 2012

How Dare You !

Pagi-pagi sudah galau..ada aja yang memicu, Astaghfirullah... Saya tuh nggak pernah pasang password untuk komputer kantor yang saya pakai. Komputer itu bukan barang milik pribadi, selain itu buat jaga-jaga saja saat ada teman yang butuh komputer itu saat saya nggak ada. Padahal, di komputer itu tercatat rahasia-rahasia saya, password ke berbagai akun yang saya punya pun pake "remember my password" (ketahuan males ngetik). Saya nggak ambil pusing dengan privasi..di situlah letak salahnya.

 Pagi ini, setelah kemarin saya meninggalkan kantor untuk satu keperluan, saya temukan ada yang "menjelajahi" komputer saya. Saya tahu setelah mengecek "recent documents" di Ms. Word, OMG...ada file-file lama saya, yang seharusnya jadi rahasia...dibaca orang, dan orang itu jelas bukan saya. Saya pikir saya sudah aman, saya nggak mungkin sembarangan nyimpen file-file yang berisi rahasia saya.
Saya kaget setengah mati. Sebelumnya ada rekan yang pernah bilang "Mbak, tadi saya lihat Mbak lagi browsing apa aja, ternyata bla bla bla..". What??? dia liat saya browsing apa aja? untung saya lagi nggak buka situs aneh-aneh.

 Pliiis, kantor memang ruang publik, tapi tiap orang butuh privasi, mengingat lamanya kita berada di kantor, terlebih bagi saya yang manusia introvert. Kalau memang butuh suatu file terkait kerjaan, bisa kan nanya sama orang yang bersangkutan.

Saya jadi teringat cerita seorang penulis muslimah, yang kebetulan satu profesi dengan saya. Si Akhwat itu kena fitnah, dituduh menerima uang haram 10 juta. Setelah diselidiki, si akhwat sadar, itu isi cerpen yang dia buat dan disimpan di komputer kantor. Satu lagi korban manusia rempong.

Ok, I learned something... rahasiamu, kamu sendiri lah yang harus menjaganya. Komputer kantor memang bukan punya saya, tapi saya lah yang diserahi tugas untuk menjaganya. Password has been set...!!!

Rabu, 25 Januari 2012

Pengen dianggep pinter atau bodoh?


Mungkin sekitar 90% dari orang yang ditanya dengan pertanyaan di atas, condong ke pilihan pertama. Sisanya 10% nggak ambil pusing sama pertanyaan saya..”nggak penting amat sih”, emang sih..ini pikiran yang tiba-tiba terlintas di benak saya saja. Kesimpulannya, hampir 0% orang nggak mau dianggap bodoh (Hasil survey abal-abal). Saya pun berpikiran begitu, tapi itu duluuu...
Kenapa saya bisa berubah pikiran?... Jadi ceritanya ada seorang teman yang seriiing bgt underestimate sama saya, setiap kali saya antusias melakukan sesuatu dia pasti bilang “emang kamu bisa bla bla bla..”, Saat saya mengetahui hal yang tidak dia ketahui, “Pasti kamu barusan baca di wikipedia, yahoo, dll”, Saat dia tahu saya menguasai satu skill dia serta merta menghancurkan harga diri saya dengan membandingkan kemampuan saya dengan orang dengan kemampuan jauuh di atas saya versi dia. Pokoknya saya nggak ada bagusnya sama sekali di mata dia…tapi herannya kok dia masih mau berteman sama saya ya…Only God knows, mungkin karena saya nggak pernah marah kalo disepelekan. Prinsip saya sih, saya nggak rugi, kemampuan saya nggak berkurang hanya karena perkataannya.
Anyway, saya jadi belajar banyak…orang yang dianggap nggak mampu, sama sekali nggak punya beban…namun ketika dunia mengetahui bahwa dia berhasil melakukan suatu hal, kisahnya justru menginspirasi banyak orang, tengok saja Forrest Gump atau Hellen Keller misalnya…Yang pertama memang fiktif, tapi ambil aja esensi ceritanya, dia yang dianggap dungu, berkat kerja kerasnya bisa berhasil dan kemudian memotivasi banyak orang. Hellen Keller, dia tuli dan buta sejak bayi, alhasil dia hampir nggak bisa ngomong karena bayi belajar berkomunikasi dari pendengaran dan penglihatan. Saat dia berhasil jadi sarjana, belajar bahasa asing, menjadi dosen dan penulis..apa kata dunia? standing applause dimana-mana.
Orang yang dianggap pinter kadang terbebani, walau mereka nggak ngerasa. Harapan semua orang ada di pundaknya, dan kalaupun mereka sukses, itu dianggap hal yang sangat wajar tanpa orang tahu betapa kerasnya dia telah berusaha.
Nah, enakan dianggap bodoh kan? eh, sebenarnya nggak bodo sih, dianggap nggak pinter deh...
Saat kita berhasil melakukan sesuatu, orang akan berkata “Waah, kok bisa sih..ajarin dong..Kalo kamu bisa aku juga harusnya bisa dong”, Naah, bisa jadi ajang sharing ilmu plus motivasi. Bonusnya, orang yang nyepelein kita pastinya rada nyesel :D
Kalo orang pinter yang berhasil melakukan sesuatu, “Yah, kamu mah apa aja bisa..aku mana bisa kayak gitu”...Nah, si orangnya minder duluan, padahal si orang pinter pasti belajar juga, gak langsung sim salabim bisa..
Pilih yang mana? Hahahahaha

--Pesan: jangan marah kalau dianggap bodoh, santai bung..!!! Tetep semangat tingkatkan kualitas diri--

Selasa, 10 Januari 2012

Kedelai


Ada kedelai rebus di meja tengah ruang kerja saya...
Seketika ingatan saya melayang…lebih tinggi dari atap gedung 20 lantai ini, menuju ke tenggara, sekitar arah jam 4 dari Jakarta…mendaki gunung, lewati lembah (kayak ninja hatori), sungai, sawah, dan sampailah di daerah pesisir pantai selatan bernama Kebumen, 13-15 tahun yang lalu.
Ternyata beberapa butir kedelai bisa menjadi sebuah mesin waktu ya..
Kembali ke masa ketika semua masalah begitu sederhana…lupa ngerjain PR, dimarahin orang tua , berantem sama adik2, bertengkar sama teman..
Begitu jam pulang sekolah tiba, 12.45 saya dan teman2 berjanji akan main ke sawah sekitar jam 13.30. Saat itu sedang kemarau, sehabis panen padi. Para petani di desa saya mengakali sawah yang belum bisa ditanami padi untuk panen berikutnya dengan dua cara, dibuat pabrik batu bata dadakan atau ditanami keledai, kacang ijo atau palawija lain yg nggak butuh banyak air untuk tumbuh.
Matahari terik banget, di sawah kan memang jarang ada pohon gede..sebagian besar pemilik sawah sudah memanen keledainya. Inilah yang kami tunggu, masa pasca panen kedelai dimana masih banyak butir2 kedelai yang tertinggal di area sawah maupun pematangnya. Mencuri? nggak juga, si pemilik sudah ikhlas kok, aktivitas ini sudah sangat umum di daerah saya…lagian hanya beberapa butir nggak akan merugikan mereka, toh mereka nggak bakal meriksa kembali sawahnya untuk mengambil butir2 kedelai yang tertinggal.
Kami berangkat dengan membawa alat tempur masing2, biasanya sih berupa wadah dari plastik yang berlubang2 untuk tempat kedelai nanti. Dimulailah pencarían…menyusuri tapak demi tapak tanah persawahan yang kering, kadang tanpa alas kaki. Senang sekali rasanya saat melihat kedelai berceceran, nggak lama kami pun sudah mengumpulkan kedelai yang lumayan banyak. Rasa senang berubah menjadi puas saat tahu bahwa saya berhasil mengumpulkan kedelai lebih banyak dari teman-teman.
Saat matahari sudah condong dan adzan ashar terdengar, pencarían dihentikan dan kami beranjak pulang. Jangan pikir kami langsung pulang ke rumah, kami biasanya mampir dulu ke gundukan jerami. Para petani biasa mengumpulkan jerami untuk kemudian dibakar dan dijadikan pupuk. Saat belum dibakar, gunungan2 jerami itu menjadi taman bermain di tengah sawah. Kami biasa menaikinya dan loncat2 di atasnya, sambil teriak atau nyanyi biar lebih mendramatisir. Tumpukan jerami itu trampolín kami.  Angin di sawah benar-benar mantap…kami tertawa kegirangan saat jatuh dan terguling-guling menuruni gunung jerami, begitu sampai kami puas dan kemudian pulang ke rumah.
Sampai di rumah, kedelai dicuci kemudian direbus sambil dibubuhi garam. Biasanya paman saya yang membantu masak, saya sendiri harus mandi. Ternyata gunungan jerami itu nikmat yang berbalut  kesengsaraan. Saat mandi, kulit yang tergesek jerami terasa sedikit perih..tapi saya dan teman-teman nggak pernah kapok untuk main lagi.
Sehabis mandi dan solat biasanya saya dan keluarga menonton drama China di TV, saat itulah kedelai rebús itu dihidangkan. Ibu yang baru pulang kerja pasti tanya “dapat kedelai dari mana?”, saya jawab saja kalau itu hasil jerih payah saya memulung di sawah sesorean. Ibu nggak pernah marah anak ceweknya lari-larian di sawah, kulitnya terbakar matahari atau belepotan lumpur saat musim hujan. Asal nggak lupa mandi, solat dan ngaji..itu kata beliau, eh..makan juga sih, soalnya saya susah makan waktu kecil.
Nggak sadar keledainya di meja kantor dah abis, saya pun kembali ke Jakarta, di Januari 2012. Entah kapan lagi saya biasa memunguti kedelai sisa panen bersama teman dan menaiki gunungan jerami.



Rabu, 28 Desember 2011

Pe Er


Sebelumnya mohon maaf buat saudariku Annisaningrum, soalnya setelah berminggu minggu baru sempet ngerjain pee r-nya nih. Kalo kejadian beneran di sekolah kayak gini mungkin udah disetrap kali. Oke, langsung aja...ceritanya Anica memberondong saya dengan beberapa (banyak sih) pertanyaan J dan saya harus menjawabnya melalui tulisan. Nggak tahu dapat hadiah atau enggak :D

  • Apa yang menarik dari blog saya?

Yang menarik dari blog Anica..hmmm..pinky-nya..gambarnya bagus, tulisannya ringan berbobot. Intinya masih harus banyak belajar dari saudari saya ini.

  • Tulisan seperti apa yang kamu ingin baca dari blog saya?

Apa aja aku mau baca, asal sifatnya nambah ilmu dan menghibur :D

  • Apa motivasi kamu buat blog pribadi? 

Pingin belajar nulis, teruus, blog itu ibarat rumah. Di rumah itu kamu bebas ngapain aja, mengekspresikan dirimu sendiri. Jadi bagi saya, nggak punya blog itu ibarat homeless

  • Kapan biasanya kamu update tulisan di blok kamu?

Kalau ada ide dan waktu senggang, sebenarnya mood paling ngaruh sih.

  • Apa resolusi kamu setahun ke depan?

Banyaaak, sebagian sih resolusi tahun lalu yang belum kesampaian. Intinya meningkatkan kualitas diri. Sorry nggak bisa ngasih detailnya tapi saya kasih tahu beberapa bocoran...nerusin hafalan, belajar desain grafis, nerusin belajar japanese ma spanishnya..oiyaa..bangun pagi juga.

  • Menurut kamu, apa sih yang paling penting dalam hidup kamu?

Saya menghargai hampir semua yang ada dalam hidup saya, tapi kalau disuruh milih...saya pilih orang yang kita cintai, baik keluarga, saudara, teman2 dll..above all, my lovely God and his messenger. Mereka semua motivasi utama setiap tindakan saya.

  • Jika kamu boleh meminta 3 hal, apa yang akan kamu minta?

Tiga hal yang saya pinta (asal nggak ada jin yg tiba2 teriak “wani pirooo???) : 1) plis ilangin korupsi   2) keliling dunia   3)masuk surga bersama orang2 yg saya sayang.

  • Apa buku favorit kamu?

Yang saya baca hampir tiap hari…Alquran. Kalau buku2 yang lain..hampir semua genre  saya suka.

  • Apa yang kamu lakukan kalo sedang bosan?

Baca, nggambar, nonton, tidur trus bikin keributan bareng temen.

  • Apa warna kesukaan kamu?

Official color saya sih ijo, tapi pada dasarnya saya suka semua warna…karena nggak cuma ijo yang bikin dunia ini jadi indah.

  • Bagaimana hubunganmu dengan saudara kandungmu? (ceritakan dalam 3 kalimat)

I love you...You love me...We're best friends like friends should be...(nyontek lagunya Barney)

Kamis, 08 Desember 2011

CEMBURU...(THE STORY OF A BATTLE)


Sore yang gelap berawan, entah kenapa saya males pulang walaupun jam kantor sudah agak lama berakhir. Suasana kantor yang masih rame juga bikin saya tambah malas pulang. Akhirnya saya memilih browsing dan membalas email teman. Tiba-tiba seorang ibu masuk ruangan. Si Ibu itu suami teman kerja saya. Dia langsung melenggang masuk dan duduk di kursi dekat sang suami. Kebetulan atasan saya (bapak2) juga duduk di sebelah mereka berdua.
               Nah, cerita dimulai saat atasan saya--yang lebih memilih digantung daripada disuruh diam—mulai nyerocos sana sini. Jadi, si ibu itu orangnya cemburuan dan seluruh orang di ruangan saya tahu betapa diktatornya dia sama si suami. Mussolini lewat daah..
                Percakapan pun dimulai, atasan saya melancarkan serangan,”Bu, cowok itu kalau semakin dikekang, dia semakin berontak”. Sekedar info bagi yang nggak tahu, kata-kata itu merupakan sindiran biar si ibu nggak terlalu galak sama suaminya, hahaha. Si ibu sepertinya ngerasa kalau disindir, serangan tak terduga  tepat di jantung sasaran, “Tergantung cowoknya kali pak”, si ibu nggak mau kalah. Atasan saya tambah ngotot mempertahankan argumen. Baginya kalah debat itu penghinaan terbesar, “Oh, enggak, cowok emang begitu sifatnya..bla..bla..bla”.
                Karena nggak siap dengan serangan beruntun barusan, si ibu nekat, mengeluarkan senjata pamungkasnya, “Bapak berani lawan saya??”. Saya sebagai penonton  kaget, si ibu yang dari luarnya kelihatan ramah dan diam bisa menjadi agresif seperti itu. Mari kita simak jawaban atasan saya,”Jangankan lawan ibu doang, lawan ibu sekeluarga saja saya nggak takut”. Suer saya ngakak waktu dengar. Untung saja sebelum salah satu pihak meluncurkan serangan kamikaze*, suami  si ibu buru-buru menengahi sembari becanda,”Tuh kan pak, istri saya emang gitu”. Dan akhirnya suami istri itu pulang tanpa diketahui siapa yang memenangi pertandingan. Penonton kecewa..(enggak ding!)
                Sekilas cerita nyata tadi kelihatan seperti komedi penyegar suasana di kantor pada sore hari.  Tapi bagi saya yang belum berkeluarga, ada hal yang patut direnungkan, terlalu cemburu itu nggak baik, betul?
Jujur, saya pun semakin dikekang justru semakin berontak. Sebaliknya, semakin dipercaya, saya semakin bertekad untuk memegang amanah itu. Dan kebanyakan orang memang begitu :D
Alhamdulillah Ayah Ibu saya, selama 24 tahun berumah tangga, setahu saya belum pernah bertengkar hanya karena masalah cemburu buta, padahal Ayah saya bekerja di kota lain. Memang cemburu itu tanda cinta, tapi masih banyak cara mengekspresikan cinta yang lain, yang lebih indah dibanding cemburu berlebihan. Saling percaya itu indah, kawan.
Cemburu itu perlu dan manusiawi, tapi kalo overdosis nggak bagus tentunya. Efeknya nggak bagus buat kita sendiri dan juga buat orang di sekitar kita. Sudah tak terhitung pasangan atau sahabat yang hubungannya bertahan lama saat ditanya rahasia hubungan langgeng mereka, dengan mantap menjawab : saling percaya. Wuiiih, semoga bisa belajar dari ini. CU

Selasa, 22 November 2011

Sebuah Episode “Ghozwul Fikri”


Media memang memiliki kekuatan yang luar biasa. Dengannya, nggak ada lagi kata “jarak” dan “rahasia”. Melaluinya, kita selalu bisa tahu apa yang terjadi nun jauh di sana, bahkan yang seharusnya jadi rahasia dan yang paling hebat, pola pikir manusia juga bisa dikendalikan. Sayangnya kebanyakan media dikuasai pihak yang kurang tepat, sehingga cuma dijadikan ajang pengeruk keuntungan tanpa peduli apa dampaknya bagi masyarakat luas. 

Naaah, sayangnya masyarakat kita nggak nyadar juga kalo mereka cuma “dibodohi”. Buktinya, semakin negatif suatu berita, semakin heboh dan menjual berita itu. Secara umum berita yang paling diminati adalah berita dari dunia entertainment. Saya sendiri kurang rajin menyimaknya, tapi memang kadang karena terlalu populernya gosip itu, mau nggak mau saya dengar lalu ikutan penasaran :hammer.

Yang ingin saya soroti di sini adalah materi ‘berita’ itu sendiri. Sesuatu yang aslinya tabu, jika dilakukan seorang public figure seolah-olah menjadi sesuatu yang sah-sah saja. Si artis ini hamil nggak ketahuan siapa bapaknya, si artis ini ke-gap lagi make narkoba, si artis ini tinggal serumah dengan pacarnya, dan berita lain yang bikin saya geleng-geleng kepala. Yang lebih parah, banyak seleb yang pindah jenis kelamin. Kebanyakan sih pindah dari cowok ke cewek, malah ada yang pake jilbab segala. Astaghfirullah, kebaikan dan kebatilan emang sudah campur aduk, dan itu disaksikan oleh seluruh lapisan masyarakat. Para pelaku berlindung dibalik kata2 Hak Asasi Manusia. Saya yakin mereka nggak memperhatikan pelajaran Kewarganegaraan waktu sekolah dulu. Guru kita selalu mengulang-ulang bahwa hak kita tidak tak terbatas, dan yang membatasinya adalah hak orang lain. Tuh kan, kita hidup bersama di bumi dengan penduduk yang terus bertambah namun luas dan SDA-nya tetap. Kalau masih mau ngotot  berbuat seenaknya dengan mengatasnamakan HAM, saya kasih tahu ya...Pluto masih kosong, belum ada yang nempatin. Kalian boleh ngapain aja di situ, terserah. Kalau berminat, nanti saya hubungi NASA suruh nyiapin pesawatnya :D.

Intinya, jadi public figure itu...wajib memberi contoh yang baik pada masyarakat. Hmmm..gak cuma buat public figure sih, tapi buat semuanya. Semua kelakuan buruk yang tayang di berbagai media, dengan intensitas melebihi sholat wajib, lama-lama akan dianggap wajar oleh masyarakat.  Sebenarnya inilah puncak bahayanya, sesuatu yang diulang-ulang akan tertanam dalam pikiran manusia. Itulah kenapa kita cenderung suka memakai produk yang sering nongol di iklan daripada yang enggak, padahal kualitas belum tentu lebih baik. Nggak heran tingkat kriminalitas dan perceraian meningkat, bullying merajalela, serta penyimpangan lebih sering kita temui dimana-mana.  Makanya, ini PR buat kita semua, sebisa mungkin jadilah contoh yang baik karena sadar atau nggak perilaku kita juga mempengaruhi perilaku orang di sekitar kita (Berarti aslinya, kita semua “public figure” donk, cuma beda cakupan pengaruhnya saja). Ini bukan bermaksud riya lho...cuma bermaksud baik menyeimbangkan tatanan dunia yang sekarang cenderung  lebih  berat pada sisi yang nggak benar.  Jadi mulai sekarang ingat ya, dengan bersikap baik, dampaknya tidak hanya lari kepada kita saja, tapi juga ke orang lain di sekitar. Semoga makin termotivasi untuk bersikap baik, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.. CU

Kamis, 03 November 2011

Bergantung pada yang pantas dijadikan tempat bergantung


Sekitar jam tiga sore saat otak mencapai titik jenuh karena pekerjaan, tiba-tiba saya teringat teman lama, teman seperjuangan waktu kuliah dulu yang sekarang bekerja di kota lain. Akhirnya saya putuskan untuk menanyakan kabarnya via chatting, “Woi,apa kabar? Besok pulang nggak pas lebaran haji?”, pertanyaan singkat tersebut tiba2 terlontar. Kebetulan kami satu kampung, dan saya berencana akan mampir ke rumahnya kalau dia juga pulang. Dia pun membalas, menceritakan kondisinya saat ini, dia baru saja putus dengan pacarnya. Mereka sudah berpacaran lebih dari tiga tahun. Saya ikut sedih karena tahu bagaimana perjalanan mereka dan betapa sahabat saya itu sering merencanakan masa depan dengan si mantan, terutama masalah pernikahan. Kata-kata putus asa mengalir dari sahabat saya, “Kalau nggak sama dia aku sama siapa lagi Yul, aku takut nggak bisa lagi nemu yang kayak dia”. Kata-kata itu menohok saya, jujur saya pernah mengatakan kata-kata serupa berbulan-bulan yang lalu.
                Kasus kami sebenarnya hampir mirip, kami sama-sama tergantung pada seseorang yang sebenarnya nggak pantas untung dijadikan tempat bergantung. Butuh waktu yang lama sampai akhirnya saya sadar dan berani melangkah meninggalkan ketergantungan itu.  Setiap kali saya ingat itu, saya cuma bisa istighfar. Bagaimana mungkin saya bisa su’udzon begitu sama Allah. Allah yang selama ini berbaik hati pada saya dan memberi saya segalanya, kemudian saya lebih memilik hal lain (dalam hal ini makhluk-Nya) untuk menggantikan-Nya sebagai tempat bergantung. Mungkin tujuan saya benar, tapi cara untuk mencapainya masih salah. Pantas saja Allah murka pada saya, dan ketergantungan saya juga hanya berujung pada rasa kecewa.
                Maafkan kami Ya Allah, gantikanlah  kehilangan kami dengan sebaik-baiknya pengganti.  Sekarang saya sadar bahwa di luar sana masih begitu banyak hal baik yang Allah ciptakan untuk saya. Allah itu Maha Kaya, dengan berkata “Saya rasa saya tidak akan menemukan orang seperti itu lagi” berarti kita mengolok-olok Allah, pesimis pada-Nya. Apa sih susahnya bagi Allah hanya untuk sekedar mengubah jalan nasib seseorang? Saya juga sadar, fokus pada sebuah musibah kecil hanya akan membutakan mata kita bahwa begitu banyak nikmat yang telah kita terima. Saya nggak mau jadi orang kufur.
                Oleh karena itu Ya Allah, bukalah mata hati kami. Biarkan kami menyadari semua nikmat yang telah Engkau berikan dan berilah kami kesempatan untuk mensyukurinya.  Biarkan kami sadar, bahwa kehilangan sedikit “cinta” dari seorang makhlukmu itu tidak berarti apa-apa. Di luar sana masih banyak Engkau tebarkan cinta yang jauh lebih tulus untuk kami melalui makhluk-Mu yang lain, seperti Ayah, Ibu, saudara, juga sahabat-sahabat yang tiada hentinya men-support kami. Kemudian Ya Allah, izinkan saya dan sahabat-sahabat saya menemukan pelabuhan lain, yang keberadaannya bukannya menjauhkan kami dari-Mu, tapi justru semakin membuat kami mencintai-Mu. Terima kasih Ya Allah karena Engkau masih mengingatkan kami, itu tandanya Engkau masih peduli J.

Kamis, 06 Oktober 2011

Buat yang Lagi Sakit Hati


Rasa sakit hati itu, walaupun abstrak, tapi dampaknya bisa sangat besar. Sebenarnya justru keabstrakannya inilah yang patut diwaspadai. Banyak banget tindak kriminal sadis yang hanya berawal dari sakit hati. Kita mungkin saja nggak pernah sadar kalau begitu banyak orang yang sakit hati gara2 perkataan atau perbuatan kita. Bisa pula sebaliknya, kita mungkin secara tidak sadar masih menyimpan sakit hati pada seseorang yang kita anggap pernah menyakiti kita.
Berhubung saya orangnya sering mikir, saya sering mengira2 apa sih makna dibalik rasa sakit itu sendiri?
Sebaiknya saya mulai penjelasannya dari luka fisik yang nampak dulu. Rasa sakit secara fisik, menurut kesimpulan saya merupakan tanda bahwa ada bagian tubuh kita yang terluka, nggak bisa menjalankan fungsinya seperti biasa, sehingga harus dilindungi dan diobati agar nggak semakin parah dan nggak ada akses buat kuman masuk. Dengan adanya rasa sakit, treatment kita pada bagian tubuh itu juga jadi beda..diberi antiseptic lah, diperban, juga nggak dipake buat mengerjakan sesuatu yang berat2 agar lukanya nggak tambah parah.
Untungnya sel tubuh kita juga mempunyai kemampuan regenerasi yang bagus. Luka itu akan sembuh kembali dan rasa sakit akan hilang dalam waktu yang relatif singkat, kecuali ada gangguan seperti infeksi atau ketidaknormalan lain.  Luar biasa bukan? Orang yang nggak punya rasa sakit justru malah bahaya, dia bisa2 nggak sadar saat organ tubuhnya ada yg bermasalah dan nggak bisa menjalankan fungsinya seperti biasa.
Saya kira penjelasan di atas sudah cukup menggambarkan pentingnya rasa sakit secara fisik.
 Rasa sakit hati menurut saya jauh lebih complicated. Nggak kentara, obatnya nggak bisa dibeli di apotik dan kapan sembuhnya sangat bergantung pada pihak2 yg terlibat dalam proses terjadinya luka itu sendiri. Rasa sakit hati yang sebenarnya identik dengan emosi adalah salah satu mekanisme manusia untuk mempertahankan diri dan bisa juga merupakan indikasi adanya ketidakberesan perasaan dan pola pikir kita. Fungsinya nggak jauh dengan rasa sakit secara fisik..
Perbedaan terbesarnya adalah, rasa sakit hati lebih controllable. Nggak seperti rasa sakit fisik, yang kalo sakit ya sakit aja, saat orang lain menyakiti atau mengecewakan kita, kita sebenarnya bisa memilih untuk sakit atau tetap baik-baik saja. Susah memang, apalagi untuk tipe orang yang begitu sensitif dan pemikir serta sangat menjunjung tinggi harga dirinya.
Dalam berinteraksi dengan orang lain memang sulit sekali untuk tidak pernah terluka. Manusia, dengan kebesaran egonya sadar atau tidak seringkali menyakiti orang, baik yang dia lakukan benar atau salah. Memuaskan semua orang memang hal paling mustahil. Mungkin saja semakin baik seseorang, malah semakin banyak orang yang benci dan sakit hati. Seperti Nabi kita tercinta, yang mau tidak mau harus "menyakiti"  hati kaum kafir Quraisy yang nggak suka sama risalah yang beliau bawa. Mereka menganggap Nabi pembangkang dan penghianat karena berani menghina sesembahan nenek moyang. Makanya mereka nggak ada hentinya menyiksa beliau. Menghadapi siksaan semacam itu, normalnya orang pasti sakit hati kan? Diajak menuju kebenaran dengan jalan damai kok nyolot gitu...Tapi tidak dengan Nabi, beliau nggak pernah sakit hati dengan kelakuan orang yang selalu berusaha menyakitinya. Bahkan beliau pernah menjenguk dan mendoakan kesembuhan salah satu musuh yang sering melemparinya kotoran. Segala Puji bagi Allah, membicarakan keteladanan manusia satu ini memang nggak akan ada habisnya.
Alangkah senangnya kalau kita bisa menjadi figur seperti itu. Tanpa sakit hati yang berlebihan, hidup akan terasa jauh lebih indah. Rasa sakit hati yang berlebihan itu nggak ada gunanya, cuma jadi penyakit dan bikin hidup nggak tenang. Setiap hari yang dipikirkan adalah bagaimana agar rasa sakit hati kita terbalas. Yang rugi bukan orang yang kita benci, tapi kita sendiri. Selain buang-buang energi, memendam emosi macam itu juga nggak bagus dari segi kesehatan.
Saya baru-baru ini juga merasa tersakiti oleh seseorang. Prakteknya memang nggak segampang itu, melupakan hal buruk yang orang lain lakukan pada kita. Tapi saya berusaha untuk ikhlas. Kejadian itu terjadi bukan karena tanpa sebab. Allah pasti punya rencana lain, dan lagi, bisa saja keburukan yang kita terima merupakan hasil dari sikap buruk kita selama ini. Kuncinya memang ikhlas, sabar dan introspeksi. Yang sudah berlalu biarlah berlalu, biarkan hal itu menjadi pembelajaran agar kita lebih waspada ke depannya. Yakin deh, setelah mendung dan hujan, matahari akan kembali bersinar.
Bagi saya, orang yang terus meratapi masa lalu dan memupuk rasa sakit hati adalah orang yang paling nggak sayang sama diri sendiri. Dia nggak sadar kalau dia sedang menghancurkan dirinya perlahan-lahan karena setiap keburukan yang dipelihara pasti akan menarik keburukan lain.
Sesuatu yang sudah ditakdirkan terjadi memang tetap akan terjadi, tapi kita bisa memilih posisi kita, menjadi orang yang belajar darinya atau hancur karenanya. Inget lho, nggak ada sesuatu yang bisa menyakiti kita selama kita tidak mengijinkannya. Makanya, berikan shield terbaik buat diri kita agar kita tidak terluka. Ikhlaskan jika ada orang yang berbuat kurang baik pada kita, kita doakan semoga orang itu cepet sadar dan nggak adalagi orang yang sakit hati gara-gara dia. Sebenarnya menegur si pelaku secara baik-baik  juga perlu, apalagi jika ada indikasi ketidaksengajaan. Namun saya seringkali memilih diam, karena kultur tempat saya dibesarkan menganjurkan agar lebih banyak diam dan sabar, hehe.
Bagaimanapun saya masih belajar untuk bisa ikhlas atas apapun yang terjadi pada saya. Karena buah ikhlas itu sangat indah dan kita tidak akan pernah tahu seperti apa bentuknya sampai kita sendiri mendapatkannya. Satu lagi pelajaran yang saya dapat, kadangkala kita baru tahu kalau sesuatu hal bisa menyakiti hati begitu hal itu terjadi pada kita. Semoga ke depannya saya nggak melakukan hal itu pada orang lain agar nggak ada lagi orang yang terluka gara2 perbuatan saya.

Senin, 22 Agustus 2011

Perempuan, sasaran empuk kapitalis



“Eh jeng, tas saya itu harganya 5 juta lho”, kata seorang ibu di tempat kerja saya sambil menunjuk tas kulit berwarna coklat yang tergeletak di pojok ruangan. “Waaah, tas mahal itu memang beda ya”, ibu yang lain menimpali. Lalu si ibu pemilik “tas 5 juta” menambahkan “besok deh saya bawain yang Gucci, soalnya saya sering ikut Dharma Wanita sih, di Dharma Wanita mana ada yang pake tas harga 1 jutaan…”
Dialog ibu-ibu tersebut memaksa saya melirik tas hitam yang sudah saya lima bulan lebih. Weits, 5 juta, 100 kali lipat harga tas saya. Gaji saya satu bulan pun tidak sampai segitu. Mungkin kelihatan  pathetic, tapi bagaimanapun saya bangga bisa bertahan menjadi diri sendiri, tidak menjadi korban kapitalis. Oh ya, saya sama sekali nggak sirik dan kalaupun saya diberi rejeki berlebih, lebih baik dipakai buat keperluan lain atau buat invest.
Saya sering heran mengapa manusia jaman sekarang yang notabene lebih pintar, terutama wanita, begitu gampang dicuci otaknya. “Gue pakai Hermes lho, handmade sih, jadi pesennya bisa bertahun-tahun..si Victoria Beckham aja pake, gue kan pengen kayak dia.” Mungkin ada fashionista yang berkomentar demikian.
Tapi apa benar dengan memakai Hermes anda serta merta jadi kayak Victoria Beckham?
Tetep jauh kaliii (maaf, realistis aja)..Anda tetaplah diri anda yang sekarang, dan pasangan   anda tidak pula tiba-tiba menyerupai David Beckham. Okelah kalau penghasilan anda besar, hal itu tak masalah. Namun bagaimana dengan yang berpenghasilan pas pasan, dibela2in kredit hanya demi membeli sebuah gengsi bernama Hermes, Luois Vuitton, Burberry, Mulberry? No comment deh. Bagi yang berpenghasilan lumayan pun, ada baiknya tidak terlalu ngoyo mengoleksi merek2 mahal tersebut, punya satu saja cukup, budget untuk membeli yang kedua, ketiga dan seterusnya bisa anda tabung, sumbangkan atau digunakan untuk hal2 lain yang lebih perlu. Benar kan?
Ini baru tas, teman..hanya sepersekian persen dari total kebutuhan para wanita modern. Bagaimana dengan make up, baju, aksesoris, makanan, gadget, kendaraan dll? Apakah niat anda dalam membeli kebutuhan berupa item2 tersebut semata-mata atas nama gengsi atau memang diperlukan. Jika anda lebih mengedepankan gengsi, anda benar2 patut dikasihani. Kalau tidak, selamat deh,..namun jangan keburu senang, anda sewaktu-waktu juga bisa menjadi seperti mereka.
Hmm, jika ditanya, hal apa yang paling adiktif di dunia ini.. saya pikir semua setuju dengan jawaban saya : materi. Hal ini benar adanya, sebanyak apapun materi yang kita punya, tak akan pernah cukup selama kita belum bisa bersyukur, selalu saja ada materi yang ingin kita kejar. Efek yang ditimbulkan sama dengan minum air laut, semakin diminum semakin haus dan akhirnya sampai batas tertentu akan membahayakan kesehatan si peminum. Demikian halnya dengan orang yang kecanduan materi, semakin lama kesehatan mentalnya semakin terancam.
Mengenai para pemilik brand-brand terkenal itu, saya tidak menyalahkan niat mereka mencari uang, hanya saja saya tidak setuju dengan cara mereka yang sengaja mencuci otak dan menanamkan mindset yang salah kepada si calon konsumen. Kebanyakan dari mereka bekerja sama dengan media, public figure, pengamat mode dan kadang penguasa, kolaborasi yang sangat manis. Alhasil siapa yang tidak memakai produk mereka akan dicap kampungan dan tidak modis. Siapa sih yang mau disebut demikian? Maka berlomba-lombalah orang mengekor mereka. Mungkin sebagian ada yang memilih produk branded karena mengedepankan kualitas, tapi saya sangsi ada berapa banyak sih orang yang berpikiran begitu, sisanya adalah tipe yang pertama karena kualitas barang lokal banyak yang tak kalah dengan produk asing. Sadarkah kalian, mereka para kapitalis itu hanya mengeruk uang kalian sebanyak2nya dan barang2 branded yang kalian banggakan lah mesin pengeruknya. Mereka tidak pernah peduli dengan kalian.
Orang yang diperbudak mode, tidak akan pernah menjalani hidupnya dengan tenang, otaknya selalu dipenuhi dengan hal-hal yang nggak penting seperti tas Prada dan Hand Phone keluaran baru, mobil yang dirasa sudah ketinggalan zaman karena sudah nggak ditayangkan iklannya, baju yang dirasa sudah tidak layak pakai karena sudah pernah dipakai lebih dari dua kali,etc. Mungkin contoh saya agak ekstrim, tapi percayalah hal itu memang terjadi, yang berbeda hanyalah kadarnya pada tiap-tiap orang. Tanpa sadar orang tipe tersebut mulai menjudge seseorang dari penampilannya dan apa yang ia pakai, bukan “isi” orang tersebut. Sebenarnya mereka juga melakukan hal yang sama terhadap diri mereka, merasa tidak PD dan kurang tanpa barang-barang branded. Itu artinya mereka menilai diri sendiri tidak lebih berharga dari barang-barang branded tersebut dan rela kehilangan jati diri mereka yang sebenarnya.

Pendukung Kapitalis
Saya pernah membaca sebuah buku karangan Philip van Munching. Di dalamnya ia mengibaratkan jika Hollywood adalah sebuah kedai es krim, maka kedai es krim itu hanya akan menjual es krim dengan satu rasa, vanilla. Buktinya bisa kita lihat di sampul majalah2 mode masa kini dimana wanita-wanita yang menjadi “dagangan” mereka pada hakikatnya sejenis, tipikal barbie. Persepsi mereka tentang wanita cantik itu ya tidak jauh dari yang berbadan tinggi, langsing, pirang, pinggang kecil, boo*s besar, pantat berisi, make up tebal dan tak ketinggalan rangkaian produk-produk keluaran rumah mode kelas dunia, mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut. Cantik itu seperti itu, dan para pria hanya akan menyukai wanita yang begitu, titik. Para wanita yang termakan propaganda itupun lupa betapa berharganya mereka. Mereka lupa, mereka diciptakan memang sudah dari sananya cantik hanya saja berbeda, baik dalam bentuk tubuh, warna kulit, rambut dan tentu saja daya tarik karena tiap individu pada dasarnya unik. Semuanya ingin menjadi sama seperti si cewek dalam sampul majalah.
Wanita yang sudah terdoktrin “cantik itu ya seperti barbie” akan rela merogoh uang berapa saja demi mendapatkan keinginan mereka. Inilah yang dimanfaatkan kapitalis, mereka mengeluarkan bermacam-macam produk perawatan tubuh dan pelangsing dengan iklan yang gencar dan persuasi yang berlebihan. Contohnya, produk penghilang selulit. Selulit itu hal yang sangat lazim dan bahkan para bintang hollywood pun memilikinya. Pokoknya selama jaringan lemak itu ada selulit akan hadir dan tidak ada cara yang dinilai cukup ampuh untuk menghilangkannya, setidaknya hingga saat ini. Itulah kenyataan yang dikemukakan para ilmuwan. Akan tetapi produsen obat penghilang selulit dimaksud mengabaikan fakta tersebut. Mereka berusaha menanamkan pikiran melalui iklan dll bahwa selulit itu mengurangi kecantikan seorang wanita dan produk merekalah yang paling ampuh untuk membasminya. Dengan ditambah iming2 diskon yang sebenarnya tidak pernah ada, maka berbondong-bondonglah para wanita membelinya. Karena memang tidak sesuai dengan fakta yang ada, maka produk itu tidak banyak membantu mewujudkan keinginan mereka memiliki kulit yang mulus tanpa selulit. Merekapun kesal, merasa selulit adalah kutukan. Baguslah, setidaknya mereka tidak akan berani memakai baju terbuka di tempat umum. Kalo masih nekat..capedeh. Hal yang sama terjadi dengan kasus produk pelangsing. Mindset yang ditanamkan si produsen dan antek2nya begitu berlebihan. Seorang yang sangat berpengaruh di dunia mode di Amerika sana bahkan pernah berkata “Tidak ada orang cantik yang gemuk”, Parah kan? Para rumah mode terkenal kemudian mengamini ucapan orang tersebut dengan hanya mengeluarkan size kecil untuk pakaian yang diproduksinya. Dengan demikian jika ingin memakai produk mereka, si konsumen tidak punya pilihan lain selain menjadi kurus (tentunya mempunyai banyak uang juga). Itulah mengapa sekarang banyak ditemukan kasus Anorexia Nervosa dan Bulimia. Na’udzubillah.

Menjadi Dirimu Sendiri
Saya benar-benar miris melihat saudara-saudara perempuan saya menjadi budak kapitalis. Menurut saya hal seperti ini sudah bisa dikategorikan sebagai penyakit mental, karena salah satu ciri penyakit mental adalah si penderita tidak merasa kalau dirinya sakit, tetapi orang lain dapat dengan jelas melihatnya. Seseorang yang menjadi budak mode susah dikritik atau diingatkan oleh orang lain mengenai sikapnya yang terlalu paranoid terhadap penampilan, bahkan cenderung menganggap aneh orang yang tidak sepaham dengan mereka.
Saya akui, saya bukan tipe orang yang menutup mata pada perkembangan mode. Seperti wanita lain, saya juga suka keindahan, dan bukanlah Allah mencintai keindahan?.. Tetapi ada baiknya kita lebih selektif, mana yang cocok dengan kita dan mana yang tidak. Dengarkan hati nurani, jangan hanya karena ingin dicap modis anda mengorbankan segalanya. Apa sih yang kita dapat dengan menjadi seorang penggila mode, mode akan terus berkembang nggak ada habisnya. Kita akan capek juga lama-lama. Lagi pula tidak semua jenis barang cocok dengan kita dan jika dipaksakan bukannya akan mengundang pujian, malah sindiran dan kasak-kusuk di belakang yang datang. Satu lagi teman, memanjakan mata orang lain dengan keindahan itu perlu, tapi memanjakan hati orang lain dengan akhlak yang baik juga tidak kalah pentingnya. Jadi daripada seluruh uang, waktu dan energi kita habis untuk mempermak penampilan luar, mari kita gunakan sebagian untuk memperbaiki penampilan kita dari dalam. Insya Allah kecantikan dari dalam itu yang hakiki, yang tidak akan luntur seiring berjalannya waktu layaknya kecantikan jasmani.