Kamis, 03 November 2011

Bergantung pada yang pantas dijadikan tempat bergantung


Sekitar jam tiga sore saat otak mencapai titik jenuh karena pekerjaan, tiba-tiba saya teringat teman lama, teman seperjuangan waktu kuliah dulu yang sekarang bekerja di kota lain. Akhirnya saya putuskan untuk menanyakan kabarnya via chatting, “Woi,apa kabar? Besok pulang nggak pas lebaran haji?”, pertanyaan singkat tersebut tiba2 terlontar. Kebetulan kami satu kampung, dan saya berencana akan mampir ke rumahnya kalau dia juga pulang. Dia pun membalas, menceritakan kondisinya saat ini, dia baru saja putus dengan pacarnya. Mereka sudah berpacaran lebih dari tiga tahun. Saya ikut sedih karena tahu bagaimana perjalanan mereka dan betapa sahabat saya itu sering merencanakan masa depan dengan si mantan, terutama masalah pernikahan. Kata-kata putus asa mengalir dari sahabat saya, “Kalau nggak sama dia aku sama siapa lagi Yul, aku takut nggak bisa lagi nemu yang kayak dia”. Kata-kata itu menohok saya, jujur saya pernah mengatakan kata-kata serupa berbulan-bulan yang lalu.
                Kasus kami sebenarnya hampir mirip, kami sama-sama tergantung pada seseorang yang sebenarnya nggak pantas untung dijadikan tempat bergantung. Butuh waktu yang lama sampai akhirnya saya sadar dan berani melangkah meninggalkan ketergantungan itu.  Setiap kali saya ingat itu, saya cuma bisa istighfar. Bagaimana mungkin saya bisa su’udzon begitu sama Allah. Allah yang selama ini berbaik hati pada saya dan memberi saya segalanya, kemudian saya lebih memilik hal lain (dalam hal ini makhluk-Nya) untuk menggantikan-Nya sebagai tempat bergantung. Mungkin tujuan saya benar, tapi cara untuk mencapainya masih salah. Pantas saja Allah murka pada saya, dan ketergantungan saya juga hanya berujung pada rasa kecewa.
                Maafkan kami Ya Allah, gantikanlah  kehilangan kami dengan sebaik-baiknya pengganti.  Sekarang saya sadar bahwa di luar sana masih begitu banyak hal baik yang Allah ciptakan untuk saya. Allah itu Maha Kaya, dengan berkata “Saya rasa saya tidak akan menemukan orang seperti itu lagi” berarti kita mengolok-olok Allah, pesimis pada-Nya. Apa sih susahnya bagi Allah hanya untuk sekedar mengubah jalan nasib seseorang? Saya juga sadar, fokus pada sebuah musibah kecil hanya akan membutakan mata kita bahwa begitu banyak nikmat yang telah kita terima. Saya nggak mau jadi orang kufur.
                Oleh karena itu Ya Allah, bukalah mata hati kami. Biarkan kami menyadari semua nikmat yang telah Engkau berikan dan berilah kami kesempatan untuk mensyukurinya.  Biarkan kami sadar, bahwa kehilangan sedikit “cinta” dari seorang makhlukmu itu tidak berarti apa-apa. Di luar sana masih banyak Engkau tebarkan cinta yang jauh lebih tulus untuk kami melalui makhluk-Mu yang lain, seperti Ayah, Ibu, saudara, juga sahabat-sahabat yang tiada hentinya men-support kami. Kemudian Ya Allah, izinkan saya dan sahabat-sahabat saya menemukan pelabuhan lain, yang keberadaannya bukannya menjauhkan kami dari-Mu, tapi justru semakin membuat kami mencintai-Mu. Terima kasih Ya Allah karena Engkau masih mengingatkan kami, itu tandanya Engkau masih peduli J.

2 komentar:

  1. semoga Allah menggantinya dengan sebaik-baik pengganti..
    Ya Rabbi, aku berlindung dari menyekutukanMu dengan segala yang ku ketahui dan aku berlindung kepadaMu dari hal-hal yang kita ketahui..

    Allah hanya ingin mengajarkan kita melalu cara Nya..semoga segera lulus dari ujian ini ya neng.. :')

    BalasHapus