Sabtu, 16 November 2013

Ini Lho Cara Gula dan Garam Mengawetkan Makanan


Gula dan garam hanya bumbu dapur biasa...sangat biasa hingga kita kadang tak menyadari betapa istimewanya kedua zat tersebut. Selain untuk dikonsumsi secara langsung karena memang dibutuhkan tubuh dengan jumlah tertentu, kedua benda ini telah lama dimanfaatkan manusia untuk mengawetkan makanan. Bagaimana bisa? Yuk kita cari tahu penyebabnya...

Semua sepakat kalau penyebab utama busuknya makanan itu bakteri. Nah, garam dan gula ini ternyata dapat membunuh bakteri tersebut. Tapi, gula dan garam bisa berfungsi secara ampuh jika persentase atau konsentrasinya cukup tinggi, yaitu sekitar 20%-25%. Dan yang jelas, bakteri-bakteri tersebut mati bukan karena diabetes atau darah tinggi. Kunci utama pengawetan makanan kita selama ini adalah proses osmosis. Yang belum tahu apa itu osmosis silakan liat gambar serta uraian lanjutan di bawah gambar...


Osmosis sendiri adalah peresapan air melalui sebuah membran titpis dengan lubang-lubang sangat kecil atau biasa disebut membran semipermeabel. 

Mengapa bisa terjadi proses osmosis?
Jadi sudah hukum alam jika ada dua macam zat cair yang berbeda konsentrasinya dicampurkan, keduanya akan saling menyesuaikan sehingga konsentrasinya sama. Biar nggak pusing, kalau kita mencampurkan segelas air asin dengan segelas air tawar maka rasa asinnya menjadi rata, meski tingkat keasinannya berkurang. Hal ini berlaku juga meski kedua cairan berbeda konsentrasi tersebut terpisahkan oleh membran tipis seperti dinding sel makhluk hidup.

Sekarang kembali lihat gambar di atas..
Misal, bagian sebelah kanan adalah buah yang kita awetkan dengan gula. Dapat dilihat banyaknya gula (bulatan hijau) yang terkandung di dalamnya. Sedangkan sebelah kiri adalah cairan tubuh bakteri dengan konsentrasi gula jauuuh lebih sedikit. Membran tipis yang digambarkan dengan garis merah putus-putus itu sendiri adalah dinding sel bakteri. 

Di sinilah proses osmosis dimulai. Karena konsentrasi gula pada manisan buah kita jauh lebih tinggi dari konsentrasi pada tubuh bakteri, keduanya akan berusaha menyamakannya. Namun, membran tipis tersebut hanya dapat mengizinkan partikel-partikel air yang memang sangat kecil untuk lewat karena partikel-partikel gula terlalu besar. Maka air pun beramai-ramai keluar dari tubuh bakteri untuk mengencerkan larutan gula yang pekat. Proses akan berhenti jika:
a. Konsentrasi gula kedua cairan tersebut sama, atau
b. Salah satu pihak kehabisan air untuk mengencerkan pihak lainnya.

Dalam hal ini kondisi (a) tidak memungkinkan karena volume air pada tubuh bakteri (yang meski jumlahnya ribuan lebih) tak seberapa. Proses pun terus terjadi hingga kondisi (b) terjadi, bakteri menyusut karena kehabisan air. Meski mungkin tak sampai mati, bakter-bakteri malang tersebut terlalu lemah untuk bereproduksi atau beraksi merusak buah kita. Manisan buah kita-pun awet hingga waktu yang lama. Selamat menikmati...




Hal yang sama juga terjadi saat kita meminum air laut. Cairan tubuh kita akan keluar melewati dinding sel untuk mengencerkan air laut asin yang kita minum..hasilnya: dehidrasi akut...
Oiya, selain alasan keawetan, penambahan garam atau gula pada suatu makanan juga dimaksudkan menambah citarasa makanan tersebut. Misalnya, cermai yang terlalu masam akhirnya diawetkan dengan gula hingga rasanya jauh lebih manis...