Apa sih sebenarnya definisi cantik itu? Yang jelas jawabannya beragam di tiap belahan dunia dan tiap zaman. Lalu adakah standar mutlak bagi sebuah kecantikan? Sebelum kita cari tahu, saya ingin sharing tentang kecantikan di berbagai belahan dunia, dahulu maupun sekarang.
Cewek cantik itu yang lehernya panjang. Sejak umur 5 tahun, leher mereka dipasangi semacam gelang dan jumlahnya bakal bertambah seiring bertambahnya umur. Banyaknya gelang juga menjadi tanda seberapa kaya keluarga si gadis, dan yang lebih penting, bisa berguna untuk menarik “good husband”. Tapi saat ini banyak juga cewek suku Padaung yang memakai gelang untuk keperluan komersil, misalkan untuk menarik para wisatawan.
China (Jaman Dinasti Tang hingga Dinasti Qing)
Sudah pernah dengar tentang Chinese Foot Binding atau Pengikatan kaki di China kan? Dulu, kaki kecil di China dianggap cantik . Untuk mendapatkan kaki “cantik” tersebut, kaki perempuan China ditekuk dan diikat serta dipakaikan sepatu yang sangat sempit. Tak jarang kaki tersebut malah terinfeksi,atau membusuk sehingga berujung pada kematian. Tradisi ini berlangsung selama lebih dari 1000 tahun (618 M – 1911M). Tradisi kejam yang menyebabkan sekitar satu milyar perempuan China ini menderita kemudian dilarang sama sekali oleh Sun Yat Sen.
Suku Hima, Uganda
Suku Hima di Uganda, hingga sekarang beranggapan bahwa “Fat is Beautiful”. Para gadis yang akan menikah menghabiskan waktu beberapa bulan sebelum hari H untuk membuat badan lebih berisi. Mereka diharuskan tinggal di sebuah “fat hut” dan paling tidak meminum 5 bejana susu berlemak per harinya. Ada anggapan bahwa semakin gemuk si pengantin wanita, semakin tampak makmur si pengantin pria. Oiya, Si pengantin cowok harus tetep kurus biar bisa leluasa mengejar sapi di ladang. Bahkan ada juga pengantin pria yang bilang bahwa gadis gemuk mengingatkan pada sapi merah cantik yang mereka hadapi tiap hari.
Dalam tradisi Romawi kuno, perempuan dianggap cantik jika berkulit putih pucat. Bagi mereka yang terlahir dengan kulit agak gelap, diperlukan semacam kosmetik untuk mencerahkan kulitnya, biasanya terbuat dari bubuk kapur dan timbal putih (yang kini diketahui beracun). Bulu di badan dianggap mengganggu kecantikan, kecuali rambut di kepala lho ya. Makanya, wanita Romawi kuno sudah mengenal yang namanya shaving. Standar cantik mereka saya rasa nggak jauh beda dengan standar kecantikan global jaman sekarang.
source: http://beautifulwithbrains.com/2010/04/02/beauty-history-cosmetics-secrets-of-the-ancient-romans/
Zaman Heian , Jepang, 794 - 1185 M
Menurut orang Jepang pada periode Heian, cewek cantik itu yang rambutnya panjaaaaang, mulutnya kecil mengerucut ala Geisha, pipi merah bulat ala Chibi Maruko Chan, hidung kecil ramping, mata sipit, serta alis tinggi mendekati garis rambut. Untuk mendapatkan alis tipe tersebut, méreka memangkas habis alis aslinya dan menggambar alis palsu tinggi di bagian dahi.
Surma, Ethiopia
Ada lagi yang aneh nih, menurut suku Surma di pedalaman Ethiopia, cewek cantik itu yang bibirnya dower. Sebelum menikah, para gadis suku itu dipakaikan semacam piringan dari tanah liat atau kayu yang disebut “sigaro” pada mulut bawah mereka. Semakin dower bibirnya, semakin menguntungkan mas kawinnya. Selain orang Surma, beberapa suku di pedalaman Amazon juga menerapkan hal ini.
Chin, Burma
Oke, kembali ke Burma..kali ini kita ke Provinsi Chin dimana cewek dengan muka bertato sempat dikatakan cantik dan kuat. Bayangkan deh, gadis kecil berumur 11-15 tahun dipakein tato di muka. Rasanya pasti sakit banget, sampai mereka dipegangi oleh penduduk desa. Kadang ada yang tidak bisa membuka mata atau berbicara selama seminggu saking sakitnya atau bengkak mukanya. Untunglah sekarang tradisi ini semakin kurang popular karena efek globalisasi.
http://www.odditycentral.com/pics/the-disappearing-tattooed-faces-of-burmas-chin-province.html Inggris, Era Ratu Elizabeth I
Pada zamannya, Ratu Elizabeth I mewakili standar kecantikan wanita Inggris. Kulit pucat begitu disukai karena melambangkan status yang tinggi. Asal tahu aja, orang miskin di Inggris kala itu berkulit gelap karena lamanya terpapar sinar matahari lantaran pekerjaan rendahan yang mengharuskan mereka berpanas-panasan. Rambut sang ratu yang berwarna terang juga ikutan ngetren. Banyak orang bahkan menggunakan cara ekstrim untung mencerahkan rambutnya, seperti mengaplikasikan urin ke rambut. Bagi yang desperate sama model rambutnya, tersedia wig dengan berbagai batu hiasan, tapi hanya orang kaya yang sanggup membelinya.
Cantik ala Korea (sekarang)
Hallyu wave aka demam budaya pop Korea emang lagi melanda dunia. Di Indonesia khususnya, drama korea diputar sehari bisa sampai tiga kali, kayak orang minum obat. Dunia musik terpengaruh dengan muculnya boysband dan girlsband dadakan. Nggak ketinggalan, pusat perbelanjaan ikut mendukung menjamurnya fashion Korea. Saya nggak anti Korea, mereka jualan kok, sah-sah saja. Cuma ada hal yang patut diwaspadai disini, yaitu obsesi mereka pada penampilan fisik. Klinik bedah kecantikan di sana konon sudah mejamur bagaikan salon di Jakarta, bahkan iklan-iklannya dengan mudah kita temui di tempat umum. Muka berbentuk V, badan letter S, mata bulat, hidung mancung kecil, dan bibir kecil ala komik sudah bukan hal mustahil untuk didapat di sana. Nggak heran muka artis-artisnya kebanyakan mirip. Ada anggapan bahwa Anda akan bahagia jika Anda cantik, padahal buktinya nggak ada. Persaingan hidup di sana ketat sekali dan sampai dengan saat ini Korea menjadi negara dengan tingkat bunuh tertinggi di antara negara-negara maju. Masih mau seperti mereka?
True Beauty
Definisi cantik di atas, nggak dipungkiri terbatas pada tempat dan waktu. Cantik menurut penduduk A, tapi aneh menurut penduduk B. Lalu ada nggak sih, definisi cantik secara universal?
Kalau masalah ini sih, saya lebih berpatokan pada dalil ” Allah tidak memandang rupa kalian dan harta kalian, melainkan Allah memandang hati kalian dan amal kalian”.
Nah, daripada capek-capek mempermak fisik, mendingan mempermak hati. Hati yang cantik nggak akan luntur dan nggak akan menyengsarakan bahkan menguntungkan. Wanita yang cantik hatinya, akan menjaga tingkah lakunya, menjaga penampilan fisiknya, peduli lingkungannya dan berusaha memperdalam ilmunya agar bisa berguna untuk orang lain...Nggak peduli dimanapun dia berada. Sayangnya nggak ada klinik permak hati. Namun setiap orang bisa melakukannya sendiri, hanya saja dibutuhkan usaha dan tekad yang keras untuk mendapatkannya. There will always be a price to pay...
Hasta Luego...